Seni Budaya

Posting untk menlestarikan seni budaya Nusantara. Seni budaya Jawa khususnya.

  1. 27 November 2010 pukul 13:24

    Mas Haris, selamat pagi,

    Saya senang dengan web site yang memfokuskan seni budaya Nusantara. Khususnya budaya/seni pewayangan. Beberapa kali saya sudah baca artikel soal lakon wayang dan ini adalah upaya positif untuk pelestarian budaya bangsa.
    Memprihatinkan anak-anak saya saja yang sekarang sudah dewasa semua ‘buta wayang’. Apalagi anak-anak yang lebih muda semakin tidak mencintai dunia wayang. Padahal kalau kita simak lakon wayang itu mengandung pelajaran hidup dan filosofi yang tinggi.

    Saya berpikir dengan kemajuan dunia maya sekarang ini tidak kita manfaatkan untuk usaha pelestarian seni budaya wayang. Sementara group2 profesional seni ini misal wayang orang Sriwedari hidupnya sudah kembang kempis. Masalahnya apa?? Generasi muda sekarang terlanjur tidak menyukai wayang! Saya punya gagasan kenapa kita tidak mencoba menempuh langkah2 publikasi untuk merebut minat generasi muda?? caranya? Antara lain kita sajikan lakon wayang dengan nuansa pembaharuan yang actual. Misal ‘wayang ngeyel’ wayang milenium, wayang reformasi dst. Format wayang ini penuturannya dengan gaya lebih bebas dikaitkan dengan budaya dan tehnologi masa kini. Yang penting di sini kita ingin menarik perhatian generasi muda akan nama2 tokoh wayang. Artinya dengan cerita wayang model ini yang harus dipegang teguh ialah silsilah dan nama tokoh dunia wayang sesuai dengan aslinya. Sedangkan lakon sesuai pakem juga harus dipegang teguh, misalnya buta cakil itu selalu kalah dengan satria. Pendeta Durna wajahnya rusak dan tangannya sengkleh satu sisi. untuk menarik pembaca yang belum kenal wayang maka kita perlu membuat sisipan yang sifatnya sementara dan tidak mengganggu. alur cerita.Misalnya: Bambang kumbayana pada waktu mudanya wajahnya ngganteng, tetapi kurang etika. Dengan punguasa waktu itu sekalipun ia adalah sahabatnya pada masa kanak2 ia tidak menggunakan tata krama, malah bisa didramatisir, bb Kumbayana demonstasi. Akhirnya dianiaya pejabat negara (patih gandamana) sehingga hidung kumbayana yang dulu mancung menjadi mleseg ke dalam, tangan kirinya semper. Kumbayana usaha operasi bedah plastik menjadi cakep lagi. Tetapi dasar karakter bb kumbayana yang pengumar nafsu, (kaitkan dengan Kumbayana yang menghamili kuda sembrani penjelmaan dewi Wilutama)

    Yang paling penting disini lakon sesuai pakem hanya disana-sini dikaitkan dengan kehidupan masyarakat masa sekarang. Saya perkirakan generasi muda lebih tertarik penuturan wayang model cerita pendek modern semacam itu. Paling nanti yang keberatan fihak dalang asli. Tetapi kita bisa berdalih kita tidak mengutarakan lakon wayang purwa tetapi kita mengutarakan “Wayang milenium, wayang reformasi, tentu berbeda dengan cerita wayang klasik!” Tapi yang terpenting ialah sasaran menarik minat generasi muda aka tokoh dan lakon wayang tercapai dan prinsip pakem masih terpenuhi.

    Demikianlah mas Haris bila anda tertarik untuk menggelar semacam wayang millenium, wayang reformasi seperti yang saya utarakan di atas tadi, saya bisa mengirim beberapa naskah yang sudah pernah saya susun. Saya minta tanggapan mas Haris. Bila lewat komentar di blog kurang bebas bisa lewat email saya. Matur nuwun

    • 27 November 2010 pukul 23:25

      Sebuah gagasan yang baik, kiranya perlu ditindaklanjuti. Memang seperti yang Eyangkung utarakan, anak muda sekarang jarang yang respek dengan seni tradisi Nusantara khususnya wayang. Memang di era globalisasi ini budaya mancanegara mudah masuk atau dapat di akses secara mudah, jika tidak difilter secara bijaksana, akan sangat mempengaruhi generasi muda kita. Anak muda lebih tertarik dengan cerita-cerita/komik manca negara misalnya Manga. Untuk mengajak anak muda menyukai budaya negeri sendiri khususnya wayang, salah satunya seperti yang Eyangkung sarankan. Jika Eyangkung berkenan mengirimkan naskah mengenai cerita wayang, dengan senang hati saya menerimanya. Namun karena aktivitas blogging saya belum intens, dan saya tergolong newbie di dunia maya ini, untuk itu saya masih perlu banyak belajar dan bimbingan. Dan seperti motto saya dalam blog ini, maka saya tetap akan konsisten dalam penulisan artikel yang bertajuk tentang seni budaya. Demikian kiranya tanggapan saya atas komentar Eyangkung. Atas perhatiannya saya haturkan banyak terima kasih.

  2. 22 April 2011 pukul 08:14

    Wah, Haris. Nama kita sama donk 🙂

  3. 22 Agustus 2011 pukul 00:44

    Cerita wayang kadang-kadang bisa memberi gambaran sifat dan watak dari manusia, dan setiap wayang mempunyai karakter sendiri-sendiri, tidak ada yang sama,
    Wayang adalah cerminan jiwa manusia. Terima kasih, atas cerita wayangnya dan di tunggu cerita selanjutnya.

  4. Simona
    27 November 2015 pukul 14:32

    HAPPY WEEKEND 🙂

  5. Simona
    6 Januari 2016 pukul 22:59

    Ti lascio un saluto per una bella giornata!

  6. 9 Januari 2016 pukul 00:43

    Ini dia konten blog yg banyak dicari, Pak. Nilai2 budaya (nyaris) jarang disentuh belakangan ini. Salam ngeblog.

    • 9 Januari 2016 pukul 10:04

      Terima kasih pak. Semoga bisa intens ngeblog lagi 🙂

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar